Jumat, 10 Februari 2012

TBC PADA ANAK


Aku inget waktu anakku masih dibawah 1 thn sering sakit, makannya susah bgt n suka keringatan. Temenku bilang klo bayi udah biasa keringatan, tp ini koq aneh keringatnya deras bgt, terutama klo lg tdr am minum susu. Lalu aku teringat anak pamanku kelas 4 SD, dia menurut dokter Bronthitis alias paru-parunya ada fleknya. Dia klo tdr keringatnya bnyk bgt n makannya susah, karena itu aku jd curiga jgn2 anakku punya penyakit yg sama. Lalu aku periksa dokter dan beliau memberi rujukan untuk dirontgen paru2nya ama tes darah, n hasilnya positif paru2nya terdapat flek. Alhasil berobatlah anakku selama 6 bln. Perjalanan yg cukup panjang n lumayan mnguras biaya. Tp ga apa2 asalkan anakku sembuh total.

Berdasarkan pengalaman itu aku jd sering lihat artikel mengenai kesehatan anak balita terutaman mengenai TBC, dibawah ini salah satu kutipan dari internet, semoga bisa membantu para orang tua yg punya masalah yg sama.

 

TBC PADA ANAK

Seperti halnya dinegara-negara lain, besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit diperkirakan karena beberapa hal. Salah satu amasalah terbesar adalah sulitnya mendapatkan diagnosis pasti melalui tes sputum karena anak-anak biasanya belum dapat mengeluarkan sputum.  Masalah lain antara lain belum adanya panduan diagnosis yang jelas, sistem kesehatan dan surveilans yang belum bisa mendapatkan data mengenai TBC pada anak, persepsi bahwa anak-anak tidak menularkan TBC, dan belum adanya  panduan penanganan dan dosis obat yang baku untuk anak-anak.  
Masalah lain yang cukup banyak terjadi di Indonesia adalah kesalahan diagnosis baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis anak, sehingga pengobatan diberikan pada anak yang tidak menderita TBC atau sebaliknya, anak penderita TBC tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Pemberian OAT pada anak yang tidak menderita TBC selain akan memicu pengeluaran yang tidak diperlukan, juga membuat berkurangnya persediaan obat untuk penderita TBC yang benar-benar memerlukannya. Selain itu, sebagian besar dokter spesialis anak belum terhubungkan dengan program DOTS yang berkualitas.   
Saat ini, Kelompok Kerja (Pokja) TBC Anak aktif bekerja pada tingkat nasional. Salah satunya bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk melakukan pengembangan scoring chart dan sudah diuji coba di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, RSIA Harapan Kita, RSUD Budi Asih dan RS Persahabatan selama bulan Agustus hingga September 2005. Uji coba ini akan dilanjutkan dengan uji coba lapangan untuk menguji kelayakan scoring chart di Puskesmas di tiga propinsi, yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan NTT pada bulan Desember 2005. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendanaan dari GFATM dan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Pengurus Pusat IDAI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 

DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PADA ANAK

Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya: dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto röntgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu, terdapat beberapa tanda dan gejala yang penting untuk diperhatikan. Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis jika:
  • mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif,
  • terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari),
  • terdapat gejala umum TBC

Gejala umum TBC pada anak:
  • Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
  • Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
  • Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
  • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
  • Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
  • Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.

Gejala spesifik

Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang, misalnya:
  • TBC kulit/skrofuloderma  
  • TBC tulang dan sendi:
    • tulang punggung (spondilitis): gibbus
    • tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
    • tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
    • tulang kaki dan tangan
  • TBC otak dan saraf:
    • Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun.
  • Gejala mata:
    • conjunctivitis phlyctenularis
    • tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
  • Lain-lain